Mobile Edition

Rabu, 23 September 2009

Dangdut dari sang rocker

Bagi generasi semi-jadul, tentu masih ingat dengan stasiun televisi swasta yang bisa mengudara secara nasional ketika pertama kali diluncurkan. Televisi swasta itu agaknya nebeng jaringan dengan TVRI. Ya, TV itu bernama TPI, singkatan dari Televisi Pendidikan Indonesia, mungkin sekarang singkatan itu sudah tidak dianggap lagi.

Di awal kemunculannya, TPI sudah menyajikan sesuatu yang sangat berbeda dalam dua hal, yaitu: (1) materi pelajaran sekolah, dan (2) iklan. Ya, stasiun televisi ini seperti memindahkan isi buku pelajaran bersamaan dengan isi etalase warung kelontong ke layar kaca. Isi buku pelajaranku di SMP dapat dengan mudah kusaksikan di layar TV, tentu dengan tingkat pendalaman yang seadanya. Maklumlah, 30 menit untuk membahas satu bab sepertinya kurang memadai.

Tapi, tidak itu yang akan saya ceritakan kali ini. Ini tentang film, salah satu film Indonesia yang diputar di stasiun TV itu.

Karena sepertinya ada tuntutan bagi stasiun TV ini untuk berimbang, maka selain materi pendidikan dan pengetahuan sosial, ia juga menawarkan materi hiburan. Apa yang menarik buat saya? Ternyata, TV ini menyajikan film-film Indonesia jadul yang dulunya hanya bisa saya saksikan setiap Sabtu menjelang tengah malam di TVRI dalam acara Film Cerita Akhir Pekan. Saya berjumpa lagi dengan Roy Marten, Robby Sugara, Yenny Rachman, Rano Karno, Yessy Gusman, Paramitha Rusadi, Rini S. Bono, Ahmad Albar. Wuih... jadul abis.

Wait...wait...Ahmad Albar? Main film juga? Ya, waktu itu saya juga baru tahu kalau Ahmad Albar itu pernah main film. Saya tidak ingat persis apa judul film yang saya tonton waktu itu. Maklumlah, film-film di TPI diputar menjelang jam 11 siang, dimana saya harus siap-siap ke sekolah (shift siang). Tapi yang pasti, di film itu Ahmad Albar selain sebagai aktor, dia juga menyanyikan sebuah lagu. Lagu rock? Tadinya saya pikir akan begitu. Mengacu kepada kaset Semut Hitam yang ada di laci meja kakak saya, tidak mungkin rasanya Ahmad Albar akan membawakan lagu bercorak bukan rock. Tapi, coba tebak, lagu yang ditampilkan di TV waktu itu adalah lagu dangdut, judulnya Zakia. Hehehe..keren euy, bisa juga.

Lagu dangdut yang satu ini memang agak unik dibandingkan dengan lagu-lagu dangdut yang saya dengar waktu itu: lagu-lagu dari Rhoma Irama, Elvy Sukaesih, Mansyur S, A. Rafiq, Hamdan ATT, Ida Laela, dan (yang agak baru waktu itu adalah) Caca Handika. Menurut saya, uniknya lagu itu adalah karena:
1. Dinyanyikan oleh penyanyi rock.
2. Nuansa Timur Tengah dan Spanyol-an terasa dominan dari pada nuansa India.
3. Suara gitar akustik terasa kental di sepanjang lagu.
4. Cengkok melayu-nya tidak terlalu rumit.
5. Ada penari bahenol di film itu

Sejak saat itu, saya jatuh cinta dengan lagu dangdut yang satu ini. Lagu dangdut yang menarik. Tapi sayang, permainan gitarnya masih terlalu sulit untuk anak SMP seperti saya.

Judul: Zakia
Pencipta: Ahmad Albar, Ian Antono
Musik: Ian Antono
Album: Zakia
Tahun: 1979

Zakia, Zakia, penari gurun pasir ternama
Zakia, Zakia, terpesona aku melihatnya

Zakia, Zakia, begitulah panggilan namanya
Semua yang melihat takkan dapat melupakannya

Ooo...aku terpesona lirikan mata, goyang pinggul dan senyumannya
Sayang...hanya sepintas Zakia lalu menghilang
Kini hanya tinggal kenangan

Zakia, Zakia, pastikah aku berjumpa lagi
Oooh...Zakia, tak sabar rasa hatiku menanti

Zakia, Zakia, tak seorang pun dapat mengerti
Bila kukatakan aku s'lalu merindukannya

***foto dari wikipedia***

Tidak ada komentar: