Di awal kemunculannya, TPI sudah menyajikan sesuatu yang sangat berbeda dalam dua hal, yaitu: (1) materi pelajaran sekolah, dan (2) iklan. Ya, stasiun televisi ini seperti memindahkan isi buku pelajaran bersamaan dengan isi etalase warung kelontong ke layar kaca. Isi buku pelajaranku di SMP dapat dengan mudah kusaksikan di layar TV, tentu dengan tingkat pendalaman yang seadanya. Maklumlah, 30 menit untuk membahas satu bab sepertinya kurang memadai.
Tapi, tidak itu yang akan saya ceritakan kali ini. Ini tentang film, salah satu film Indonesia yang diputar di stasiun TV itu.
Karena sepertinya ada tuntutan bagi stasiun TV ini untuk berimbang, maka selain materi pendidikan dan pengetahuan sosial, ia juga menawarkan materi hiburan. Apa yang menarik buat saya? Ternyata, TV ini menyajikan film-film Indonesia jadul yang dulunya hanya bisa saya saksikan setiap Sabtu menjelang tengah malam di TVRI dalam acara Film Cerita Akhir Pekan. Saya berjumpa lagi dengan Roy Marten, Robby Sugara, Yenny Rachman, Rano Karno, Yessy Gusman, Paramitha Rusadi, Rini S. Bono, Ahmad Albar. Wuih... jadul abis.
Wait...wait...Ahmad Albar? Main film juga? Ya, waktu itu saya juga baru tahu kalau Ahmad Albar itu pernah main film. Saya tidak ingat persis apa judul film yang saya tonton waktu itu.
Lagu dangdut yang satu ini memang agak unik dibandingkan dengan lagu-lagu dangdut yang saya dengar waktu itu: lagu-lagu dari Rhoma Irama, Elvy Sukaesih, Mansyur S, A. Rafiq, Hamdan ATT, Ida Laela, dan (yang agak baru waktu itu adalah) Caca Handika. Menurut saya, uniknya lagu itu adalah karena:
1. Dinyanyikan oleh penyanyi rock.
2. Nuansa Timur Tengah dan Spanyol-an terasa dominan dari pada nuansa India.
3. Suara gitar akustik terasa kental di sepanjang lagu.
4. Cengkok melayu-nya tidak terlalu rumit.
Sejak saat itu, saya jatuh cinta dengan lagu dangdut yang satu ini. Lagu dangdut yang menarik. Tapi sayang, permainan gitarnya masih terlalu sulit untuk anak SMP seperti saya.
Judul: Zakia
Pencipta: Ahmad Albar, Ian Antono
Musik: Ian Antono
Album: Zakia
Tahun: 1979
Zakia, Zakia, penari gurun pasir ternama
Zakia, Zakia, terpesona aku melihatnya
Zakia, Zakia, begitulah panggilan namanya
Semua yang melihat takkan dapat melupakannya
Ooo...aku terpesona lirikan mata, goyang pinggul dan senyumannya
Sayang...hanya sepintas Zakia lalu menghilang
Kini hanya tinggal kenangan
Zakia, Zakia, pastikah aku berjumpa lagi
Oooh...Zakia, tak sabar rasa hatiku menanti
Zakia, Zakia, tak seorang pun dapat mengerti
Bila kukatakan aku s'lalu merindukannya
***foto dari wikipedia***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar