Mobile Edition

Sabtu, 08 Agustus 2009

Suatu pagi "bersama" Mas Willy

Pagi itu, Jumat 7 Agustus 2009, tidak ada yang berbeda dengan hari-hari lainnya. Berangkat ke kantor seperti biasa, naik kereta dari stasiun Pondok Ranji (Bintaro).
Di dalam kereta, para penumpang sudah ambil posisi sesuai dengan kenyamanan mereka masing-masing, ada yang duduk, ada yang berdiri; ada yang baca koran, ada yang sambil mendengar MP3 atau radio; ada yang tidur, ada yang melamun, ada pula yang ngobrol. Saya sendiri mendengarkan MP3 sambil curi-curi baca koran bapak-bapak di sebelah.

Kaget. Di Koran Tempo yang bapak itu baca tertulis headline "WS Rendra 1935- 2009". Saya mendekat. Pengen baca lebih lengkap. Ternyata benar, WS Rendra, penyair besar itu sudah berpulang. Meninggal tadi malam sekitar jam 22.00, begitu kata koran itu.

Tidak puas dengan berita sepotong itu, akhirnya saya rogoh HP. Browsing. Headline di situs berita sudah mengabarkan ini, lengkap dengan kronologis dirawatnya beliau di RS. Status facebook beberapa teman sudah tentang WS Rendra semua. Ada yang cuma mengabarkan, ada yang mencuplik potongan puisinya. Tiba-tiba karya-karyanya terdengar lagi.

Dengan segala keterbatasan fitur HP untuk browsing akhirnya saya dapat update tentang berita ini. Tidak sabar ingin segera tiba di kantor untuk browsing, membaca beritanya lebih lengkap.

Tiba di stasiun Sudirman, saya turun, masih ada setengah perjalanan lagi untuk benar-benar tiba di kantor. Sembari turun, sekilas saya lihat di koran yang sedang dipegang oleh bapak-bapak yang lain, di headline-nya disebutkan: "WS Rendra digendong Mbah Surip". Apakah semua koran meng-headline-kan berita ini hari ini?

Paruh kedua perjalanan saya pakai sambil mendengarkan lagu-lagu dari playlist yang sudah lama tidak saya sentuh, Kantata Takwa. Khusus untuk hari ini, playlist itu harus saya tambahkan satu lagu lain, yaitu lagu Willy dari playlist Iwan Fals.

Semua orang pasti tahu bahwa WS Rendra adalah pilar utama sekumpulan maestro musik Indonesia yang diberi nama Kantata Takwa itu. WS Rendra sendiri terlibat di album tersebut sebagai penulis lirik. Sudah bisa dibayangkan betapa bertenaganya Kantata Takwa ini, lirik indah tapi tegas ditulis oleh seorang penyair besar, dikumandangkan dengan garang oleh Iwan Fals, dinaungi hawa megah oleh Jockie Suryoprayogo. Belum lagi formasi pemusik di belakangnya yang bukan orang-orang sembarangan yang membuat lagu-lagu dalam album ini menjadi luar biasa.

Lagu-lagu mulai bergulir satu persatu di telinga saya. Kesaksian, Sang Petualang, Willy, Paman Doblang, Air Mata, Rajawali, dan Kantata Takwa. Lirik lagu yang paling sarat makna ada di salah satu lagu, Paman Doblang. Lagu ini bercerita tentang kesewenang-wenangan penguasa dan hukum yang berpihak yang dialami oleh tokoh Paman Doblang itu. Penggalan lirik di bagian akhir lagu inilah yang selalu saya identikkan sosok WS Rendra. Rasanya WS Rendra sering sekali mengatakan "kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi cakrawala". Simak saja lirik lengkapnya.

Paman Doblang Paman Doblang
Mereka masukkan kamu kedalam sel yang gelap
Tanpa lampu tanpa lubang cahaya
Oh pengap

Ada hawa tak ada angkasa .. terkucil
Temanmu beratus ratus nyamuk semata .. terkunci
Tak tahu kapan pintu akan terbuka
Kamu tak tahu dimana berada

Paman Doblang Paman Doblang
Apa katamu?

Ketika haus aku minum air dari kaleng karatan
Sambil bersila aku mengarungi waktu
Lepas dari jam, hari dan bulan
Aku dipeluk oleh wibawa


Tidak berbentuk, tidak berupa, tidak bernama
Aku istirahat disini
Tenaga gaib memupuk jiwaku

Paman Doblang Paman Doblang
Di setiap jalan menghadang mastodon dan srigala
Kamu terkurung dalam lingkaran
Para pangeran meludahi kamu dari kereta kencana

Kaki kamu dirantai kebatang karang
Kamu dikutuk dan disalahkan tanpa pengadilan
Paman Doblang Paman Doblang
Bubur di piring timah didorong dengan kaki ke depanmu

Paman Doblang Paman Doblang
Apa katamu?

Kesadaran adalah matahari ... adalah matahari ..adalah matahari
Kesabaran adalah bumi..adalah bumi ...adalah bumi
Keberanian menjadi cakrawala.. menjadi cakrawala ...menjadi cakrawala
Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata kata.. adalah pelaksanaan kata kata
Kesadaran adalah matahari... adalah matahari ...adalah matahari

Paman Doblang Paman Doblang
Apa katamu?

Selamat jalan Mas Willy. Semoga tenang di sisiNya. Bangsa ini kehilangan orang sepertimu.

Tidak ada komentar: