Mobile Edition

Jumat, 28 Agustus 2009

Memulai hari dengan dia. Disudahi juga dengan dia

Hari itu tanggal 8 Agustus 2009, di Cilandak Town Square, saya janji bertemu dengan seorang teman jam 8 pagi. Sepagi itu di mal? Ya, niatnya sih emang bukan nongkrong di cafe, tapi janji akan duduk manis di mobilnya. Hari itu saya nebeng dengan si teman untuk berangkat bareng ke arah timur Jakarta.

Masuk ke mal, saya mulai mencari posisi yang enak untuk menunggu. Bagian tengah mal ini yang jadi pilihan saya. Di areal terbuka yang cukup luas saya tidak bosan menunggu karena ternyata ada live music. Pagi-pagi begini kok ada live music? Siapa yang nonton ya? Oo.. ternyata ada yang lagi check sound. Sepertinya mereka sedang mempersiapkan diri untuk pentas hari ini.

Hari itu ternyata sedang ada helatan yang disponsori salah satu produk yang mengusung image hitam-hitam. Tadinya saya pikir acara ini disponsori produk shampoo, ternyata bukan. Ini adalah acara untuk merayakan kreativitas anak-anak muda Indoensia dalam menciptakan karya sederhana, bermanfaat, dan orisinil.

Walaupun karya-karya yang dipajang di sana sangat menarik, tapi mata dan telinga saya lebih fokus pada cowok-cowok kucel yang sedang ada di panggung. Mereka memainkan lagu yang catchy, yang rasanya tidak berasal dari trend musik Indonesia zaman sekarang. Sepintas gaya musiknya seperti Naif, tapi tidak juga. Agak-agak ska gitu deh, tapi sedikit berbeda. Ngedangdut, tapi bukan orkes melayu nih. Apapun itu, yang pasti grup musik ini unik dan asyik.

Selesai memainkan dua/tiga lagu saya mendekati salah satu pemainnya. Pemain bas. Sementara teman-temannya yang lain mengemasi peralatannya, si pemain bas ini keliatan sibuk mencari makanan. Hmm.. belum sarapan rupanya.
Sambil membuka kotak kue yang dia temukan saya bertanya ke si pemain bas ini, "Nama grupnya apa ya?".
"Binary", katanya singkat sambil tetap konsentrasi ke kue.
Binary? sepertinya mereka computer freaky nih.
"Sudah ada album?", tanya saya lagi.
"Belum. Mudah-mudahan abis lebaran ntar".
"Oo.. semoga sukses ya", kata saya menyudahi interview.
"Hehe.. terima kasih", balasnya sambil mulai melepaskan konsentrasinya dari kue.
Sambil lalu saya melihat box property musik mereka, di situ tertulis "Oddo The Banery". Oo.. ternyata namanya The Banery.

Teman yang ditunggu sudah datang, saya pun berangkat meninggalkan Citos. Setelah menyelesaikan acara family gathering, singkat cerita, kembalilah saya ke mal ini. Teman tadi mendrop saya tidak jauh dari panggung. Hari sudah malam.

Masuk ke mal saya disambut oleh dentuman suara speaker, cahaya lighting, dan kerumunan orang-orang yang hampir semuanya berpakaian hitam-hitam. Mereka sedang menikmati suguhan musik yang dibawakan oleh cowok-cowok kucel tadi. Oh.. kali ini sudah lebih rapi, pakai dasi kupu-kupu segala. Dengan akustik ruang yang seadanya saya masih bisa menikmati lagu-lagu The Banery ini. "Dia...aa...aa", begitu koor penonton mengiringi suara vokalisnya. Vokalisnya yang mana ya? Kok vokalis semua.

Melihat respon penonton di depan panggung seakan-akan grup musik ini bukan pendatang baru, mereka sudah banyak yang kenal dengan lagu-lagu yang sedang dibawakan. Wah.. sayanya aja nih yang gak gaul kayaknya. Ya, memang, melihat tren musik Indonesia saat ini saya jadi kurang minat mengamati grup musik Indonesia. Semuanya bisa dibilang seragam. Nah, The Banery cukup spesial buat saya. Mudah-mudahan buat orang lain juga begitu. Betul tidak?

Untuk The Banery, selamat datang di industri musik Indonesia yang sudah ramai ini. Semoga bisa berjaya. Saya tunggu albummu. Salam dasi kupu-kupu

(foto dari fan page The Banery di facebook)

Tidak ada komentar: