Mobile Edition

Jumat, 17 Juli 2009

Tapi ini bukan excuse untuk tidak belajar lho..


Bagi pencinta gitar klasik di Indonesia nama Jubing bukan lagi nama yang asing. Kemarin, Jubing mengadakan workshop seni bermain gitar akustik tunggal di MoI, Kelapa Gading, Jakarta. Acara ini berlangsung dua jam. Walaupun acara lebih banyak berisi tanya jawab tapi suasananya cukup hangat. Banyak pertanyaan dari penonton yang berjumlah sekitar 50 orang itu.


Pada sesi sore itu, Jubing membukanya dengan lagu Ayam Den Lapeh. Di sela-sela pertanyaan penonton bergulirlah lagu lain seperti Hujan Fantasy, Beungong Jeumpa, dan Bohemian Rhapsody.

Sebagian besar penonton adalah orang yang sudah mengenyam pendidikan musik (saya termasuk ke yang sebagian kecilnya). Ekspektasi orang yang datang ke acara itu pasti ingin mendengarkan permainan dan penjelasan mas Jubing akan keahliannya yang luar biasa itu. Tak terkecuali saya, saya datang dengan harapan akan membawa sesuatu berupa kiat-kiat, teknik, motivasi, dan pengalaman belajar langsung dari Jubing... (kalau bisa sih saya juga pingin membawa pulang gitar yang mas Jubing mainkan itu :-))
Apa yang saya pelajari waktu itu? Jawabannya: not balok. Ya, not balok. Saya adalah salah satu penonton di sana yang belum bisa membaca not balok...(hare gene masih buta hurup!!!). Di depan penonton lainnya Jubing bersedia mengajari saya prinsip not balok. Agak malu juga sih mengakui ini, tapi cincailah, bukankah lebih baik menjelek-jelekkan diri sendiri daripada menjelek-jelekkan orang lain (begitu kata Tukul yang tumben bijaksana). Penjelasan tentang not balok ini dipaparkan di depan forum karena satu pertanyaan pada Jubing tentang cara belajar "mengejar" melodi dan bass pada saat bersamaan. Menurut saya "mengejar" melodi dan bass adalah kekuatan utama permainan gitar tunggal fingerstyle.
Akan tetapi inti dari jawaban Jubing atas pertanyaan itu sebenarnya bukanlah tentang not balok itu sendiri, melainkan yang berikut ini: "Bila belum berhasil membaca not balok (sebuah notasi baku dalam baca tulis musik) maka buatlah notasi notasi dengan gaya sendiri. Tulislah apa yang ada di pikiranmu dengan cara yang paling mudah dimengerti, paling tidak dimengerti oleh dirimu sendiri, lalu perhatikan apa yang terjadi".. (kayak Pak MT). Note: redaksinya sih gak persis seperti itu ya.

Btw, saya pernah lakukan ini dulu di kampus ketika membuat komposisi sederhana untuk perkusi. Paling tidak saya bisa memainkan kembali komposisi itu walaupun sudah lama tidak latihan. Lagi pula notas
i versi saya itu adalah simbol tanpa nada, jadi tak perlu pusing menyusunnya di garis paranada. Buat saya ini sangat membantu. (hmm.. saya jadi merasa masih berada di track yang benar). Tapi, bagaimanapun juga, ini bukan excuse buat saya untuk berhenti belajar.

Aku bisa... aku pasti bisa.. kuharus terus berusaha.. bila kugagal tak mengapa.. setidaknya ku t'lah mencoba.... (dipopulerkan oleh AFI Junior)

Tidak ada komentar: