Mobile Edition

Sabtu, 02 Januari 2010

Andante Andante

Sayang sekali saya belum kenal musik ketika grup musik ini sedang booming. Eh..sebenarnya mereka ini juga bukan grup musik, mereka hanya terdiri dari dua pemusik dan dua vokalis. Mana ada grup musik cuma dengan dua pemusik. Ya mungkin okelah bila harus ditambah dengan bejibun additional player. Jadi, kalau ini dibilang grup musik, sepertinya bukan, kalau dibilang grup vokal .....mungkin iya. (gimana sih?). Tapi biar gampang, kita sebut saja mereka grup musik. (nah lo). Dua pemusik itu bernama Benny Andersson dan Bjorn Ulvaeus. Dua vokalis itu bernama Agnetha Faltskog dan Anni-Frid Lyngstad (Frida). Nama merekalah yang dipadupadankan menjadi nama grup musik ini: ABBA.

Empat orang Swedia ini pernah membius dunia dengan karya-karyanya, dengan performa panggungnya. Di periode 1973-1982 grup musik ini berjaya, merajai loud speaker di seluruh dunia. Siapa yang tidak kenal dengan Dancing Queen, Fernando, Chiquitita, I Have a Dream. Itu baru sebagian kecil dari lagu-lagu mereka.

Saya lupa kapan persisnya saya mulai suka dengan ABBA. Mungkin dulu pernah suatu kali terngiang-ngiang lagi dengan potongan nada dari lagu Fernando, yang entah pernah saya dengar dimana sebelumnya. Itu terjadi di masa saya kuliah, kalau tidak salah. Sejak saat itu saya mulai mencari kasetnya. Tentu saja sudah tidak ada yang menjual albumnya. Yang ada paling-paling kompilasi dari beberapa lagunya, atau CD karaoke buat generasi om dan tante, atau MP3 collection yang sudah pasti bajakan. Saya pilih satu: kaset ABBA Gold Greatest Hits. Lumayan untuk menjawab penasaran. Dari kaset itulah saya tahu dengan beberapa lagu ABBA. Asyik dan enerjik.

Tapi, karena tak puas dengan jumlah lagu di kaset itu, akhirnya saya harus lancang membeli MP3 bajakannya. (maaf ya ABBA, lu sih keduluan ngetop). Maka mulailah saya kenal banyak dengan lagu-lagunya. Sambil menggoyang-goyangkan badan, mereka-reka histeria remaja-remaji zaman itu, saya coba nikmati SOS, Waterloo, That's Me, Voulez Vous, Super Trouper, As Good As New, Nina Preety Balerina, So Long, Mamma Mia, Hey Hey Helen, Take A Chance On Me, Cassandra, dan masih banyak lagi.

Ada banyak lagu yang menarik untuk disimak dari deretan lagu di diskorgrafi ABBA ini. Tapi ada yang unik dari judul lagu-lagunya. Sama seperti nama grup mereka yang merupakan resiprok dari huruf A dan B, judul lagu-lagu merekapun banyak yang disusun dari kata-kata yang berulang. Lihat saja judul lagu ini: Gimme Gimme Gimme; Honey Honey; Money Money Money; I Do, I Do, I Do, I Do, I Do; Ring Ring; On and On and On; Knowing Me, Knowing You; One Man, One Woman; My Love, My Life; King Kong Song; Dum Dum Diddle; Bang a Boomerang. Mungkin cara penamaan ini pula yang dipakai oleh Dunia Fantasi Ancol ketika menamai beberapa wahananya. (sok tau banget gue).

Corak lagu ABBA didominasi oleh irama riang, pop cenderung disko. Bahkan untuk lagu yang liriknya tidak gembira sekalipun tetap dibuat nge-beat. Tapi ada satu lagu yang menarik, berbeda dari lagu-lagu ABBA pada umumnya, iramanya sederhana. Dari judulnya saja sudah mencerminkan seperti apa santainya lagu ini. Andante, Andante, begitu judulnya. Nah, berulang lagi kan?

Judul: Andante, Andante
Album: Super Trouper
Tahun: 1980

Take it easy with me, please
Touch me gently like a summer evening breeze
Take your time, make it slow
Andante, Andante
Just let the feeling grow

Make your fingers soft and light
Let your body be the velvet of the night
Touch my soul, you know how
Andante, Andante
Go slowly with me now

I'm your music
(I am your music and I am your song)
I'm your song
(I am your music and I am your song)
Play me time and time again and make me strong
(Play me again 'cause you're making me strong)
Make me sing, make me sound
(You make me sing and you make me...)
Andante, Andante
Tread lightly on my ground
Andante, Andante
Oh please don't let me down

There's a shimmer in your eyes
Like the feeling of a thousand butterflies
Please don't talk, go on, play
Andante, Andante
And let me float away

I'm your music
(I am your music and I am your song)
I'm your song
(I am your music and I am your song)
Play me time and time again and make me strong
(Play me again 'cause you're making me strong)
Make me sing, make me sound
(You make me sing and you make me...)
Andante, Andante
Tread lightly on my ground
Andante, Andante
Oh please don't let me down

Make me sing, make me sound
(You make me sing and you make me...)
Andante, Andante
Tread lightly on my ground
Andante, Andante
Oh please don't let me down
Andante, Andante
Oh please don't let me down...

Buat saya, lagu-lagu ABBA paling pas distel pagi-pagi. Iramanya yang riang cocok untuk menjadi pemicu spirit. Ya, selain secangkir kopi tentunya. Saya bisa lupa-sekitar bila lagu-lagu itu didengarkan via headphone, sambil jingkrak-jingkrak sekenanya. Orang lain tentu juga punya alasan tersendiri kenapa suka dengan ABBA. Itu bisa karena kretifitasnya membuat lagu, bisa karena iramanya, bisa karena lebay gaya busananya, atau bisa juga karena cantiknya salah satu personel mereka: Frida. Hmmm...

Selengkapnya...

Kamis, 17 Desember 2009

Kau pujaanku, kau warnai duniaku (2 of 2)

Penasaran saya akan lagu-lagu Daniel Sahuleka tidak berhenti sampai di situ. Ketika saya SMA, saya menemukan lagi lagu lain yang tak kalah indahnya. Satu siaran di TV swasta kala itu yang membuatku mendengar lagi suara unik itu. TV swasta itu adalah satu-satunya stasiun TV yang bisa diterima dengan baik oleh pesawat televisi di kotaku. Acaranya waktu itu sedang menampilkan Daniel yang sedang diwawancarai, yang kebetulan sedang berkunjung ke Indonesia dalam rangka promo album. Baru kali itu saya tahu bahwa ternyata Daniel Sahuleka ini ternyata punya darah Indonesia. Pantas saja bahasa Indonesia-nya sudah sangat bagus sebagai seorang londo.

Di penghujung wawancara, Daniel memainkan sepotong lagu diiringi gitar akustik. Akor-akor memikat terdengar syahdu di freet gitarnya. Nada-nada asyik dari si enam senar itu menambah keindahan lagu itu. Tapi sayang, belum lagi lagu itu tuntas, tiba-tiba iklan mesti tayang. Ya, begitulah TV swasta itu: ramai cerita tiba-tiba iklan.

Lagu itu berjudul I Adore You. Tidak mudah mencari album lagu ini di kota ku, mungkin karena musiknya yang segmented, bukan musik pop kebanyakan atau musik slow-rock yang merajai kala itu. Dengan bermodal sabar, akhirnya saya dapatkan lagu ini. Saya baru dapatkan tahun lalu melalui perjuangan yang bisa dibilang tidak gigih.

Lagu ini ada dalam album live Daniel Sahuleka yang diadakan di Belanda sana. Dalam album ini semua lagu dibawakan secara solo oleh Daniel diiringi satu gitar akustik saja. Lagu-lagunya tampil memikat, sebut saja I Adore You, Don't Sleep Away This Night, Semarang, You Make My World So Colourful, If I Didn't, Anak Kecil, Must Go Away, Jakarta, Tiada Lagi Cinta, The Sunflight. Lagu If I Didnt, Must Go Away, You Make My World So Colourful, dan I Adore You adalah lagu favoritku di album itu.

Lagu I Adore You, yang sudah saya taksir sejak lama, masih mengisahkan tentang sanjung pujanya terhadap wanita. Lagu yang hawanya sudah indah, dibawakan dengan penuh penghayatan khas Daniel, jadi semakin istimewa.

Judul: I Adore You
Album: I Adore You
Tahun: 1993

I'm may be not romantic
I'm may be not poetic
sometimes I'm not that fluent
to find those magic words

I wish that I could show you my emotion
how can I give an notion
to use all my attention
to say how deeply I adore you

I hope you will forgive me
the moments when I'm clumsy
the truth is some on certain
when we're about to make love

and my jokes sailed cover my confusion
the wish not my intention
the tease show with this nonsense
you should know
how deeply I adore you

don't reject me
you could hurt me
although I seems so silly but it'll hurt me

I'm maybe different
as you discovered
but I'm getting warm inside
whenever you want near me
I'm no longer lonely
don't ever leave me
cause I can't stand
the coldless when you are gone

Foto kedua yang saya insert di atas bukanlah cover album live yang saya maksud. Itu adalah cover album I Adore You versi perdananya.

*** foto-foto dari www.sunflight.nl ***

Selengkapnya...

Rabu, 09 Desember 2009

Kau pujaanku, kau warnai duniaku (1 of 2)

Adalah seorang teman yang memperkenalkan suara unik itu kepada saya. Seorang teman yang lebih banyak berceloteh dalam bahasa Inggris. Dalam situasi apapun teman saya itu selalu mencoba mencari kolerasi dari setiap kejadian yang dialaminya dengan lirik lagu berbahasa Inggris.

Harus diakui, pronounciation-nya bagus, lidahnya seperti lidah bule mungkin. Setiap ada kesempatan dia selalu selipkan sepotong kalimat dalam bahasa asing itu bila berbicara. Dalam acara buka bareng dia memberikan woro-woro dalam bahasa Inggris, yang langsung dibalas dengan teriakan "huuuuu.." oleh teman-teman. Sirik. Dia juga sering menirukan gaya MC atau host talk show yang entah dia lihat dimana. Tak sekali dua kali dia berlagak seperti ring-announcer, persis seperti ketika Mike Tyson dan Donovan "Razor" Ruddock masih bersiap-siap di sudut ring. Yang agak mending adalah ketika dia berkeren-keran a la Elvis Presley. "Love me tender, love me sweet", katanya kepada wanita imaginer di hadapannya.

Suatu ketika, sang teman bersenandung sebuah lagu. Untuk yang satu ini saya terpesona. Kata-kata dalam lagu itu begitu indah. Saking indahnya, saya jadi semakin tega mengabaikan kualitas suara sang teman itu. (Maafkan aku, kawan).

Saya belum tahu siapa penyanyi aslinya. Saya penasaran. Akhirnya, dengan bantuan teman itu saya dapatkan lagunya. Kaset pinjaman. Bila dibandingkan dengan cover kaset Kidnap Katrina pada masa itu, kaset ini harusnya bukan konsumsi generasi kami, lebih pantas orangtua kami yang mengoleksi kaset ini dalam rak kaca di rumah.

Lagu dalam kaset itu, pelafalannya menurut saya sedikit rumit. Saya bingung apa persisnya isi lirik yang sedang dinyanyikan oleh penyanyinya, ditambah lagi dengan listening skill saya yang bisa dibilang pas-pasan. Makin bingung lah awak nih, tak faham dia cakap apa.

Nah, proses mengulik lagupun dimulai. Disela-sela rasa penasaran dalam merampungkan mereka-reka rhythym Master of Puppet-nya Metallica, saya paksa diri bermelo-melo dengan lagu "baru" ini. (hmmm.. seleraku kontras juga). Tetap dengan mempertahankan nada dasar C, agar enak masuknya di suara cemprengku ini, maka dimulailah lagu ini di freet ke-8 pada gitar, senar E tinggi. Nada-nada indah mulai mengalun. (Anggap saja keren ya, nggak usah protes).

Tanpa disadari, makin dinyanyikan makin istimewa saja lagu itu. Apa pasal? Ternyata di saat yang sama, sembari jari jemari ini memetik gitar, saya sudah tuntaskan beberapa tarikan kuas khayal di langit-langit kamar, menggambar raut wajah seseorang yang agaknya adalah yang paling cantik sedunia dan seakhirat. *..halah..*

Judul: You Make My World So Colourful
Artis: Daniel Sahuleka
Tahun: 1976

Morning sunshine's in our room
Now that room is back in tune
Autumn start this day with a smile
And laugh at my beautiful love one
Who's lying beside me

You so far away in your sleep
Who can tell what dream you may dream
You don't know that I was drawing
With my finger on your sweet young face
Vague as a meaning words

You make my world so colorful
I never had it so good
My love I thank you for all the love
You gave to me

Like a summer breeze so soft
Like a rose you bring me near
And I kiss your lips so sweet
Soft like the rain and gentle as
The morning dew in May

Though they said that I was wrong
But thank god my will so strong
I got you in the palm of my hand
Everyday they try to put me on
But I laugh at those who tried to hurt our love

(bersambung)

*** foto-foto dari www.sunflight.nl ***

Selengkapnya...

Sabtu, 14 November 2009

Kurik Kundi

Setelah membaca berbagai review di media cetak akhirnya saya putuskan untuk membeli album ini. Tahun 2002, baru beberapa hari saja saya menjajakkan kaki di kota Jakarta, saya datangi sebuah hypermarket di Jalan MT Haryono untuk mencari album yang katanya adalah sebuah album yang istimewa.

Benar saja, album itu adalah salah satu album luar biasa menurut saya. Lagu-lagu di dalamnya sangat sarat akan nuansa melayu, baik dari penyanyinya, penciptanya, dan yang pasti garapan musiknya. Album ini disuarakan dengan prima oleh seorang Siti Nurhaliza, yang sekarang officially bernama Dato' Siti Nurhaliza.

Praktis hari itu, di kamar, kupingku tak lepas dari headphone, asyik sendiri dengan lagu-lagu dari album Sanggar Mustika ini. Tak bosan-bosan.

Ada banyak lagu yang enak dipakai buat joget, sebut saja Nirmala, Joget Senyum Memikat, Badarsila, Kurik Kundi, Syair Kamelia, dan Sulam Sembilan. Lagu-lagu bertempo cepat bernuansa melayu dengan iringan musik yang modern. Karena ini adalah album melayu maka sentuhan biola, akordion, gendang sangat kental di di semua lagu.


Lagu bercorak keroncong ada pada lagu Bisikan Hati. Ketika pertama saya dengarkan lagu ini ingatan saya tertuju pada gaya menyanyi Hetty Koes Endang. Mungkin memang itu referensi yang dipakai Siti Nurhaliza ketika menyanyikan lagu ini.

Lagu Bunga Melor karya P. Ramlee tak ketinggalan hadir di album ini. Lagu klasik yang versi jadulnya pernah saya dengar lewat suara Tiar Ramon, kali ini saya dengar lagi dengan tempo yang lebih cepat, tetap enak didengar.

Di Indonesia sendiri, lagu yang pada akhirnya ngetop pada album Sanggar Mustika ini adalah lagu Nirmala. Sering dibawakan Siti Nurhaliza bila sedang pentas di Indonesia, sesekali juga pernah dibawakan oleh Cici Paramida dan Siti KDI.

Apa lagu yang paling spesial buat saya di album ini? Hmm... susah bila harus memilih salah satu, karena semuanya bagus-bagus dan punya warna tersendiri. Baiklah, bila harus memilih, saya beri poin lebih pada lagu Kurik Kundi. Lagu ini bertempo cepat, riang, sarat lirik-lirik unik, kaya akan warna daerah, dan nada dasarnya yang berpindah-pindah dengan cantik di sepanjang lagu. Pak Ngah sebagai seorang yang sudah mumpuni membuat lagu melayu tak terbantahkan lagi eksistensinya dengan salah satu karyanya ini. Musiknya? Ini menarik juga. Irama musik minang dan alat musik dayak berpadu dalam lagu yang dilingkupi oleh aransemen modern. Betul-betul cerdas.

Saya berangan-angan, bila lagu ini dipentaskan, maka di panggung akan ada Siti Nurhaliza sebagai center, dikelilingi oleh beberapa kelompok pemain musik lengkap dengan peralatan musik yang merepresentasikan masing-masing negara bagian Malaysia.

Saya coba berbagi lirik lagu Kurik Kundi ini di tulisan ini. Tapi berhubung saya bukan orang Malaysia, dan tidak mengerti akan bahasa daerah setempat, maka agak sulit buat saya mendengarkan dengan tepat apa lirik yang diucapkan oleh Siti Nurhaliza dan para penyanyi latarnya. Terlalu asing. Bahkan lirik lagu yang disertakan pada kemasan kasetnya tidak menuliskan dengan lengkap lirik-lirik berbahasa daerah itu. Potongan lirik yang berupa bahasa daerah Malaysia di bawah ini adalah hasil googling, sisanya adalah hasil listening dari lagunya.

Ungkapan yang nge-hook dalam lirik lagu ini ada pada kata-kata "yang kurik kundi yang merah saga, baik budi indahlah bahasa". Ungkapan yang juga sangat lazim dalam budaya Minangkabau, yang diucapkan menjadi: Nan kuriak iyolah kundi, nan sirah iyolah sago. Nan baiak iyolah budi , nan indah iyolah baso.

Judul: Kurik Kundi
Pencipta: Pak Ngah/Nurul Asyiqin
Penyanyi: Siti Nurhaliza
Album: Sanggar Mustika
Tahun: 2002

[koor]
Nak berkabar tingginya budi kita ya tuan
Nak berkisar gaya tutur bicara
Kalau tinggi untung jadi bintang oh... oh... oh...
Kalau rendah masih jadi intan

[solo]
Teratak mahligai bak dipayung teduhnya
Bila budi melingkar anak asuhan
Adat yang lama berbudi berbahasa
Akar kehidupannya

[koor]
Yang kurik kundi yang merah saga
Baik budi indahlah bahasa
Oh... oh... oh...
Pantun lama tinggi kiasannya

[solo]
Berpantun seloka sambil menari canggung
Serentak melangkah rentak timur diarak
Gurau senda sopannya dijaga
Sepakat makin kukuh terikat

***logat utara***
[koor]
Hang dok pi hang dok mai
Lagu tu lagu mana
Pi sini pi sana depa menghela sakan
Awatlah dok kalut megah condong ke barat
Mai kita...

[solo]
Pakat tarik ramai-ramai
Biar ke timur condongnya

[koor]
Nak berkabar tingginya budi kita ya tuan
Nak berkisar gaya tutur bicara
Kalau tinggi untung jadi bintang oh... oh... oh...
Kalau rendah masih jadi intan

***Perak***
[solo]
Ada...O...ada E...bunyinya tidaklah serupa
Erti tidak berbeza
[koor]
Betui yong betui sungguh
Betui ape di kate

[solo]
Selembut tarian hoi...
Nak muda berlotah
Tutur bahasanya
[koor]
Maghi yop maghilah yong
Maghi kita memikio
Parit dengan kuala
Cakap tidak serupe...(ateh)

[solo]
Dihitung beratus-ratus bilangan
Digali beratus-ratus terpendam
Di lubuk yang mana tak terjangkau ingatan
Makin dibongkar makin banyak terpendam
Di sini ibunya

[koor]
Tersurat kurik itulah kundi
Tertulis merah itulah saga
Saga dalam lagu pada indah syairnya
Kundi dalam tarian indah lenggok tarinya
Aduhai indahnya...

***Negeri Sembilan***
[solo]
Mana usang diperbarui
Mana lapuk hai dikajangi
Mana elok dipakai ondeh dipakai
Kalau singkat cantik manis disambungkan...
Kalau panjang cantik manis mintak dikerat...

[koor]
Yo sungguh yo bonar
Kato sungguh dikato
[solo]
Muafakat ya tuan
Ibu adat di ondeh tidak dilupa

Tak boghodat ..minum tidak bergula
Tak bobudi.. pohon tidak berbuah
Tak boghodat.. minum tidak bergula
Tak bobudi...bagai pohon tidak berbuah

[koor]
Yang kurik kundi yang merah saga
Baik budi indahlah bahasa
Oh...oh...oh...oh...
Pantun lama tinggi kiasannya

***Kelantan***
[solo]
Halus manis hai bila berkata
Hai lapek berkias molek sungguh lah wei
Santun lagunya wei merendah suara
Bagai berpayung wei rasa teduhnya

[koor]
Teghtek teghning oghe kito
Hok tu keno jago
Jange sapa berlete kale
Luar napok come jange dale ..hai
Habih kuca lembe
Luar napok come jange dale ..hai
habih kuca lembe

***Sabah***
[solo]
Membubutlah bayu
Lalu limpas siring semalu
Mengalai bagai tari sesuku
Tari sesuku

***Sarawak***
[koor]
Selembut madah begitu taghi
Sek ada sakit ghasa di hati
Kame` nyambut madah tuan hulurkan
Kita` nyambut madah kame` hulurkan

[koor]
Nak berkabar tingginya budi kita ya tuan
Nak berkisah kaya tutur bicara
Kalau tinggi untung jadi bintang
Oh... oh... oh...
Kalau rendah masih jadi intan

[koor]
Yang kurik kundi yang merah saga
Baik budi indahlah bahasa
Oh... oh... oh...
Pantun lama tinggi kiasannya

----foto dari sitizone.com----

Selengkapnya...

Rabu, 04 November 2009

Andai googling bisa seenak ini

Biasanya malam selalu sunyi di sini, paling-paling cuma desiran angin atau bisa juga suara anak tikus yang sayup-sayup terdengar di balik jendela. Tapi tadi malam entah kenapa rasanya ada suara-suara lain yang menemani tidurku. Mulai dari suara merdu mendayu-dayu sampai suara melengking a la rocker hadir malam itu. Ahaa.....radio (yang ada di HP) yang sudah diaktifkan speaker-phone-nya rupaya lupa dimatikan sebelum tidur.

Dalam tidur saya masih bisa mendengar satu persatu lagu bergulir. Yakin deh ini bukan tidur namanya.
Lagu-lagu terdengar enak malam itu, sampai tiba gilirannya satu lagu yang dari dulu susah sekali mencari tahu judul dan penyanyinya. Itu lagu dari sebuah grup musik slow-rock luar negri yang dibawakan dengan sangat indah oleh vokalisnya. Saya tahu lagu ini karena menurut salah survei di salah satu stasiun TV lokal di Jakarta, lagu ini adalah lagu dengan lirik cinta terbaik. Halah... cowok-cowok gondrong menghamba akan cinta.

Rasa penasaran akan lagu itu membuat saya harus bangkit dari tempat tidur. Waktu menunjukkan pukul 00:43. Belum terlalu pagi untuk online, googling. Tapi bagaimana cara mencari file lagu bila judul dan penyanyi tidak tahu sama sekali.

Iseng-iseng saya coba ketikkan not angka di situs pencarian itu. Hasilnya ngaco, tidak ada yang memuaskan, yang keluar malah peta hasil pencarian GoogleMaps. Angka-angka yang saya masukkan dianggap sebagai koordinat muka bumi. Bah!! Bukan itu yang saya mau.


Tiba-tiba terpikir sebuah request aneh dari saya kepada abang Google. Saya berharap search-engine yang satu ini bisa meng-upgrade kemampuannya, sebuah kehebatan baru dimana potongan nada bisa dijadikan sebagai input pencarian. Jika kita punya sepotong susunan not sebuah lagu maka search engine akan menampilkan lagu atau sample sound yang mirip dengan potongan susunan not itu. Input value itu bisa saja berupa unggahan file foto not balok, atau berupa file berformat MID, SIB, TAB, TEF, WAV, atau format apapun yang isinya dapat diekstrak menjadi informasi diskrit.

Mungkin agak mengada-ada keinginan saya ini, tapi mungkin saja ini telah dipikirkan oleh orang-orang di luar sana. Atau bahkan memang sudah ada situs yang punya kemampuan seperti ini. Saya saja mungkin yang belum tahu.

Toh pada dasarnya, nada-nada adalah kumpulan bunyi yang dibangun oleh bunyi berfrekuensi teratur, yang dalam dunia digital dapat diubah menjadi besaran terkuantisasi. Percayakan saja pada komputer untuk memproses besaran-besaran diskrit seperti ini. Tinggal sekarang bagaimana internet bisa menyimpan nada-nada dominan semua lagu ke dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga potongan-potongan bunyi dalam lagu bisa saling diperbandingkan. (Sssstt... buat yang ngerti tentang Signal Processing dan Pengolahan Data Digital, tolong jangan ketawain teori saya ini ya..)

Maka jangan heran, suatu saat nanti, bila seorang pengarang akan membuat intro sebuah lagu maka dia dapat terlebih dahulu meng-googling apakah sudah ada orang lain yang membuat lagu dengan intro seperti itu. Bukannya tidak mungkin lagu dolanan anak-anak Indonesia ternyata sudah ada yang mirip dengan karya besar komponis dunia (ada gak ya?). Bisa jadi ada lagu wajib nasional kita yang mirip dengan lagu daerah Indonesia juga. Lebih jauh, bisa saja setiap orang bisa mengklaim model keroncongan perutnya sama persis dengan reff lagu hits yang bertengger di puncak chart (beda musim, beda pula model keroncongannya). Siapa tahu orkes ajaib yang dikumandangkan oleh cacing-cacing dalam perut ini ternyata berupa nada-nada sederhana yang bila diiringi gitar mungkin bisa diajak ngamen.

Ah...sudah..sudah..sudah. Mau tidur nih...

Selengkapnya...

Sabtu, 31 Oktober 2009

Membalut Semua Indra Akal Fikirku

Bicara tentang lagu Ebiet G. Ade adalah bicara tentang musikalitas puisi. Puisi-puisi indah dapat disarikan dengan baik dalam bentuk lagu. Sebuah interpretasi luar biasa dari buah renungan seorang melankolik.

Lagu tentang alam dibuat sangat deskriptif menggambarkan keindahan, atau bahkan musibah. Lagu-lagu religius dibawakan tanpa terlalu text-book mengacu kepada kitab suci. Lagu-lagu cintapun jadi tampil elok tanpa harus mengobral bualan-bualan muluk akan perempuan. Semuanya pas pada kadarnya. Begitulah Ebiet G. Ade meramu.

Saya sudah lama suka dengan lagu-lagu Ebiet, bukan saja karena liriknya yang indah atau suaranya yang jernih, tapi lebih kepada nuansa yang tercipta ketika lagu-lagu itu dinyanyikan.

Ada banyak lagu-lagu bagus yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Tapi dari sekian banyak lagu, ada beberapa lagu yang paling sering saya nyanyikan di rumah, diiringi gitar ketika PLN iseng mematikan listrik di seluruh komplek rumahku. Sebut saja lagu Camelia I - IV, Sketsa Rembulan Emas, Masih Ada Waktu, Ada Sisa-sisa Suara, Seraut Wajah, Menjaring Matahari, Berita Kepada Kawan, Titip Rindu Buat Ayah, dan Isyu.

Di sini saya coba mencuplik salah satu lirik lagunya. Lagu yang buat saya sangat simple, mungkin karena ada banyak akor mayor di dalamnya.

Judul: Ada Sisa-sisa Suara
Artis: Ebiet G. Ade
Album: Sketsa Rembulan Emas
Tahun: 1988

Ada sisa-sisa suara yang bergema dalam dada
Aku tak mendengar apapun, gemuruh di luar pintu,
ia terus mengejarku, ia terus menghatuiku
Mengendalikan seluruh gerak dan naluriku

Ada akal yang masih bening, ada budi yang masih jernih
Bertarung serentak bergumul bola-bola api,
ia terus membelenggu, ia ingin melukaiku,
membalut semua indra akal fikirku

Ada yang tak dapat aku lepas meskipun berulang aku coba
Waktu berputar semakin cepat, aku telah jauh tertinggal
Ada yang tak pantas aku sandang, setumpuk penghargaan
Lebih baik kutelan kata-kataku, angan-anganku

Ada akal yang masih bening, ada budi yang masih jernih
Bertarung serentak bergumul bola-bola api,
ia terus membelenggu, ia ingin melukaiku,
membalut semua indra akal fikirku

Ada yang tak dapat aku lepas meskipun berulang aku coba
Waktu berputar semakin cepat, aku telah jauh tertinggal
Ada yang tak pantas aku sandang, setumpuk penghargaan
Lebih baik kutelan kata-kataku, angan-anganku

***foto dari ebietgade.com***

Selengkapnya...

Rabu, 23 September 2009

Dangdut dari sang rocker

Bagi generasi semi-jadul, tentu masih ingat dengan stasiun televisi swasta yang bisa mengudara secara nasional ketika pertama kali diluncurkan. Televisi swasta itu agaknya nebeng jaringan dengan TVRI. Ya, TV itu bernama TPI, singkatan dari Televisi Pendidikan Indonesia, mungkin sekarang singkatan itu sudah tidak dianggap lagi.

Di awal kemunculannya, TPI sudah menyajikan sesuatu yang sangat berbeda dalam dua hal, yaitu: (1) materi pelajaran sekolah, dan (2) iklan. Ya, stasiun televisi ini seperti memindahkan isi buku pelajaran bersamaan dengan isi etalase warung kelontong ke layar kaca. Isi buku pelajaranku di SMP dapat dengan mudah kusaksikan di layar TV, tentu dengan tingkat pendalaman yang seadanya. Maklumlah, 30 menit untuk membahas satu bab sepertinya kurang memadai.

Tapi, tidak itu yang akan saya ceritakan kali ini. Ini tentang film, salah satu film Indonesia yang diputar di stasiun TV itu.

Karena sepertinya ada tuntutan bagi stasiun TV ini untuk berimbang, maka selain materi pendidikan dan pengetahuan sosial, ia juga menawarkan materi hiburan. Apa yang menarik buat saya? Ternyata, TV ini menyajikan film-film Indonesia jadul yang dulunya hanya bisa saya saksikan setiap Sabtu menjelang tengah malam di TVRI dalam acara Film Cerita Akhir Pekan. Saya berjumpa lagi dengan Roy Marten, Robby Sugara, Yenny Rachman, Rano Karno, Yessy Gusman, Paramitha Rusadi, Rini S. Bono, Ahmad Albar. Wuih... jadul abis.

Wait...wait...Ahmad Albar? Main film juga? Ya, waktu itu saya juga baru tahu kalau Ahmad Albar itu pernah main film. Saya tidak ingat persis apa judul film yang saya tonton waktu itu. Maklumlah, film-film di TPI diputar menjelang jam 11 siang, dimana saya harus siap-siap ke sekolah (shift siang). Tapi yang pasti, di film itu Ahmad Albar selain sebagai aktor, dia juga menyanyikan sebuah lagu. Lagu rock? Tadinya saya pikir akan begitu. Mengacu kepada kaset Semut Hitam yang ada di laci meja kakak saya, tidak mungkin rasanya Ahmad Albar akan membawakan lagu bercorak bukan rock. Tapi, coba tebak, lagu yang ditampilkan di TV waktu itu adalah lagu dangdut, judulnya Zakia. Hehehe..keren euy, bisa juga.

Lagu dangdut yang satu ini memang agak unik dibandingkan dengan lagu-lagu dangdut yang saya dengar waktu itu: lagu-lagu dari Rhoma Irama, Elvy Sukaesih, Mansyur S, A. Rafiq, Hamdan ATT, Ida Laela, dan (yang agak baru waktu itu adalah) Caca Handika. Menurut saya, uniknya lagu itu adalah karena:
1. Dinyanyikan oleh penyanyi rock.
2. Nuansa Timur Tengah dan Spanyol-an terasa dominan dari pada nuansa India.
3. Suara gitar akustik terasa kental di sepanjang lagu.
4. Cengkok melayu-nya tidak terlalu rumit.
5. Ada penari bahenol di film itu

Sejak saat itu, saya jatuh cinta dengan lagu dangdut yang satu ini. Lagu dangdut yang menarik. Tapi sayang, permainan gitarnya masih terlalu sulit untuk anak SMP seperti saya.

Judul: Zakia
Pencipta: Ahmad Albar, Ian Antono
Musik: Ian Antono
Album: Zakia
Tahun: 1979

Zakia, Zakia, penari gurun pasir ternama
Zakia, Zakia, terpesona aku melihatnya

Zakia, Zakia, begitulah panggilan namanya
Semua yang melihat takkan dapat melupakannya

Ooo...aku terpesona lirikan mata, goyang pinggul dan senyumannya
Sayang...hanya sepintas Zakia lalu menghilang
Kini hanya tinggal kenangan

Zakia, Zakia, pastikah aku berjumpa lagi
Oooh...Zakia, tak sabar rasa hatiku menanti

Zakia, Zakia, tak seorang pun dapat mengerti
Bila kukatakan aku s'lalu merindukannya

***foto dari wikipedia***

Selengkapnya...

Selasa, 22 September 2009

Remang-remang dirimu

Pertama kali mendengar lagu ini ketika saya masih SMP. Pernah terdengar sekali saja rasanya di sebuah radio swasta di Padang, kota kelahiran saya. Arbes Rasonia AM 738, itu nama radionya.
Kenapa lagu ini begitu lekat di ingatanku? Itu adalah karena penyanyinya yang tumben-tumbennya membawakan lagu "simple" seperti ini.
Lagu ini dinyanyikan oleh Nicky Astria yang saya tahu waktu itu hanya menyanyikan lagu-lagu rock. Dengan tempo 71 bpm yang konstan sepanjang lagu dan rentang vokal yang pendek, lagu ini seperti "mudah" saja buatnya. Saya pikir lagu ini mungkin lebih pas kalau dinyanyikan oleh Endang S Taurina, Betharia Sonata, Nia Daniati, atau artis-artis JK Record. :-)
Lagu ini ada di album pertama Nicky Astria, debut pertamanya sebagai penyanyi rekaman profesional. Tapi sayang, kabarnya, walaupun sudah bertabur musisi, album ini ternyata tidak sukses di pasaran.
Tentang lirik lagu ini, coba perhatikan lirik lengkapnya di bawah ini. Rasa-rasanya liriknya terlalu cewek buat seorang Nicky Astria (eh.. Teh Nicky itu emang cewek kaleee..)

Judul: Remang-remang Dirimu
Pencipta: Hermes Sihombing
Artis: Nicky Astria
Album: Album Perdana (Semua dari Cinta)
Tahun: 1984

Remang remang terlukiskan dirimu kasih
Angin dingin mencekam relung hati
Bunga cinta yang kautanam mekar mewangi
Kini hilang tiada bersemi lagi

Tiada lagi indah hidupku ini
Kau tinggalkan luka di hatiku
Kemana kubawa diriku ini
'tuk melepas luka di hatiku

Derai air mata jatuh di pipiku
Bila ku terkenang dirimu

Selengkapnya...

Jumat, 28 Agustus 2009

Memulai hari dengan dia. Disudahi juga dengan dia

Hari itu tanggal 8 Agustus 2009, di Cilandak Town Square, saya janji bertemu dengan seorang teman jam 8 pagi. Sepagi itu di mal? Ya, niatnya sih emang bukan nongkrong di cafe, tapi janji akan duduk manis di mobilnya. Hari itu saya nebeng dengan si teman untuk berangkat bareng ke arah timur Jakarta.

Masuk ke mal, saya mulai mencari posisi yang enak untuk menunggu. Bagian tengah mal ini yang jadi pilihan saya. Di areal terbuka yang cukup luas saya tidak bosan menunggu karena ternyata ada live music. Pagi-pagi begini kok ada live music? Siapa yang nonton ya? Oo.. ternyata ada yang lagi check sound. Sepertinya mereka sedang mempersiapkan diri untuk pentas hari ini.

Hari itu ternyata sedang ada helatan yang disponsori salah satu produk yang mengusung image hitam-hitam. Tadinya saya pikir acara ini disponsori produk shampoo, ternyata bukan. Ini adalah acara untuk merayakan kreativitas anak-anak muda Indoensia dalam menciptakan karya sederhana, bermanfaat, dan orisinil.

Walaupun karya-karya yang dipajang di sana sangat menarik, tapi mata dan telinga saya lebih fokus pada cowok-cowok kucel yang sedang ada di panggung. Mereka memainkan lagu yang catchy, yang rasanya tidak berasal dari trend musik Indonesia zaman sekarang. Sepintas gaya musiknya seperti Naif, tapi tidak juga. Agak-agak ska gitu deh, tapi sedikit berbeda. Ngedangdut, tapi bukan orkes melayu nih. Apapun itu, yang pasti grup musik ini unik dan asyik.

Selesai memainkan dua/tiga lagu saya mendekati salah satu pemainnya. Pemain bas. Sementara teman-temannya yang lain mengemasi peralatannya, si pemain bas ini keliatan sibuk mencari makanan. Hmm.. belum sarapan rupanya.
Sambil membuka kotak kue yang dia temukan saya bertanya ke si pemain bas ini, "Nama grupnya apa ya?".
"Binary", katanya singkat sambil tetap konsentrasi ke kue.
Binary? sepertinya mereka computer freaky nih.
"Sudah ada album?", tanya saya lagi.
"Belum. Mudah-mudahan abis lebaran ntar".
"Oo.. semoga sukses ya", kata saya menyudahi interview.
"Hehe.. terima kasih", balasnya sambil mulai melepaskan konsentrasinya dari kue.
Sambil lalu saya melihat box property musik mereka, di situ tertulis "Oddo The Banery". Oo.. ternyata namanya The Banery.

Teman yang ditunggu sudah datang, saya pun berangkat meninggalkan Citos. Setelah menyelesaikan acara family gathering, singkat cerita, kembalilah saya ke mal ini. Teman tadi mendrop saya tidak jauh dari panggung. Hari sudah malam.

Masuk ke mal saya disambut oleh dentuman suara speaker, cahaya lighting, dan kerumunan orang-orang yang hampir semuanya berpakaian hitam-hitam. Mereka sedang menikmati suguhan musik yang dibawakan oleh cowok-cowok kucel tadi. Oh.. kali ini sudah lebih rapi, pakai dasi kupu-kupu segala. Dengan akustik ruang yang seadanya saya masih bisa menikmati lagu-lagu The Banery ini. "Dia...aa...aa", begitu koor penonton mengiringi suara vokalisnya. Vokalisnya yang mana ya? Kok vokalis semua.

Melihat respon penonton di depan panggung seakan-akan grup musik ini bukan pendatang baru, mereka sudah banyak yang kenal dengan lagu-lagu yang sedang dibawakan. Wah.. sayanya aja nih yang gak gaul kayaknya. Ya, memang, melihat tren musik Indonesia saat ini saya jadi kurang minat mengamati grup musik Indonesia. Semuanya bisa dibilang seragam. Nah, The Banery cukup spesial buat saya. Mudah-mudahan buat orang lain juga begitu. Betul tidak?

Untuk The Banery, selamat datang di industri musik Indonesia yang sudah ramai ini. Semoga bisa berjaya. Saya tunggu albummu. Salam dasi kupu-kupu

(foto dari fan page The Banery di facebook)

Selengkapnya...

Jumat, 14 Agustus 2009

Harmony of Guitar Melody

Ini adalah kali kedua saya menonton pertunjukkan ini. Yang pertama kalinya di tahun 2008, dan yang kedua adalah tadi malam, Jumat, 14 Agustus 2009 . Acara yang digagas oleh S1 Prasetya Mulya Business School ini bertemakan In Diversity. Tahun ini acara tidak melulu menampilkan gitar sebagai instrumen utama, ada biola, cello, harpa, dan bahkan band.

Para player muda unjuk kebolehan pada ajang ini. Beberapa di antaranya juga tampil tahun lalu. Sebut saja Prayoga yang luar biasa dengan gaya flamenco-nya. Ada juga John Vincent (Juara 3 International Guitar Competition) yang bermain bersih pada karya komponis JS Bach. Tak ketinggalan Jubing K yang membawakan Bohemian Rhapsody, Delman Fantasy, dan A Whole New World.

Selain mereka bertiga hadir wajah-wajah baru di ajang ini, seperti Rakyan, 7th Sway, Mesty and friends, ITB Student Orchestra, dan Sketsa.

Rakyan jadi penampil solo non-gitar pertama. Dia membawakan karya klasik dengan piano tunggalnya yang syahdu. 7th Sway, sebuah band yang malam itu tampil unplugged, bermain cantik dalam lagu Rock With You dan Man in The Mirror (Michael Jackson). Band akustik yang digawangi oleh muda-mudi ini membuat Erasmus Huis menjadi agak-agak ngafe gimana gitu.

ITB Student Orchestra cukup mengejutkan buat saya. Dulu ketika saya masih kuliah kelompok ini belum ada. Saya penasaran seperti apa jadinya kalau anak-anak yang katanya kutu buku ini bermain musik. Hasilnya ternyata diluar dugaan. Mereka bermain rapih pada karya Vivaldi (Guitar Concerto in D Major). Mereka tampil memukau dengan formasi lima pemain: satu gitar, tiga violin/viola, dan satu cello.

Mesty and friends, beda lagi. Ririn, Orchan, dan Mesty Ariotedjo tampil membawakan lagu Melati Suci (Guruh SP) dan Selamat Jalan Kekasih (Chrisye). Suara harpa dari Mesty mengiringi suara Ririn yang agak ngepop. Bukan saja keindahan suara yang mereka hadirkan, tetapi performansi visual mereka malam itu membuat saya harus mencondongkan badan ke depan ketika menontonya (plus rahang yang sedikit menganga). Yup.. Mesty dan Ririn tampil anggun malam itu.

Penampil yang lebih funky ada di penghujung acara. Sketsa, duo gitar. Mereka tidak membawakan karya klasik, melainkan karya mereka sendiri.
Gerald dan Dimas, begitu nama asli mereka berdua. Skill gitar yang apik dipadu dengan pilihan lagu yang unik membuat mereka mendapat applaus panjang ketika usai. Nuansa Nick Webb dan Greg Carmichel (Acoustic Alchemy) sangat terasa dalam gaya mereka berduet. Komposisi duet dibuat dengan sungguh-sungguh. Salut buat dua anak muda ini.

Secara keseluruhan acara kali ini jauh lebih baik daripada acara tahun lalu. Selamat buat S1 Prasetya Mulya Business School yang sukses mengadakan acara ini.

Selengkapnya...